kuliner khas malang
13.20 |
Lebaran, kuliner menjadi hal wajib yang diburu para pemudik. Beragam kuliner khas Malang, laris manis diburu untuk pengobat rindu bagi warga yang merantau. Bahkan pembeli pun rela antri demi mendapatkan kuliner favotitnya. Apa saja kuliner yang diburu para pemudik asal Malang? Berikut liputannya Belum genap pukul 17.00 WIB, Bakso Bakar Pak Man, masih tampak ramai. Beberapa pembeli, menikmati bakso bakar, sembari asyik bercengkrama di warung bakso yang berlokasi di Jalan Diponegoro itu. Di waktu bersamaan, beberapa calon pembeli tampak kecewa tatkala tahu, bakso favoritnya habis tak bersisa. ‘’Lebaran membawa hikmah bagi kami. Omzet meningkat dua kali lipat. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika lebaran pun kami tetap buka,’’ ujar Pak Man. Tak ada persiapan khusus yang ia lakukan untuk memuaskan pecinta bakso buatannya. Ia hanya menambah produksi bakso dibandingkan hari biasa. Pria paruh baya ini merinci, jika hari biasa sanggup menghabiskan 20 kg daging, saat lebaran meningkat hingga 35 kg. ‘’Omzet hariannya mencapai Rp. 8-9 juta. Saat ini mencapai Rp 11-12 juta,’’ ujar pria ramah ini sembari tersenyum. Pak Man menambahkan, pembeli yang membungkus juga membawa kontribusi yang signifikan terhadap produksi baksonya. ‘’Banyak yang dibawa ke luar kota. Belinya sampai ratusan ribu. Selain pemudik, wisatawan juga banyak yang datang ke sini,’’ ujar Pak Man. ‘’Bakso Pak Man ini unik. Dagingnya terasa. Awalnya saya tidak suka pedas, tetapi setelah mencicipi bakso Pak Man kini saya suka pedas. Bumbu dan baksonya membuat ketagihan,’’ ujar Angelina Soumokil salah seorang pelanggan Bakso Bakar Pak Man. Selain bakso bakar, kuliner lain yang diburu pembeli adalah STMJ 29 di Jalan Trunojoyo. Kedai yang menyajikan beragam jenis olahan susu ini laris manis duburu pemudik. ‘’Biasanya satu hari menghabiskan 90 liter susu. Kalau puasa meningkat menjadi 120 liter. Dulu kalau lebaran tidak buka, tetapi sejak tahun 2000 banyak yang request agar lebaran juga buka,’’ ujar Wahyudo pemilik kedai STMJ 29 Jakan Trunojoyo. Pria yang juga pemilik Sunrise Event Organizer ini merinci, omzet penjualannya mengalamai kenaikan yang cukup signifikan. Jika hari biasa kedainya mampu meraup omzet Rp. 3,5 juta, ketika lebaran mampu mencapai Rp. 4,5 juta. Selain STMJ original, produk lain yang menjadi incaran pembeli adalah STMJ Habatusaudah. STMJ ini dipercaya memiliki khasiat menambah kebugaran dan menjaga kesehatan. ‘’Persiapannya tak berbeda dengan hari biasa, hanya menambah bahan saja. Untuk telur misalnya, kami sudah persiapan sejak jauh-jauh hari. Banyak yang dibungkus,’’ ujar pria ramah ini. Wahyudo menambahkan, pembelinya yang berasal dari luar kota biasanya membeli dalam jumlah banyak. ‘’Sekitar 20 persen banyak yang dibungkus. Biar awet, STMJ harus dimasukkan lemari es setelah itu dihangatkan,’’ ujar Wahyudo memberikan tips. Tak jauh dari Pasar Besar Malang, ada kuliner yang ramai dikunjungi adalah Tahu Campur Pak Iwan. Warung tahu campur yang berlokasi Jalan Pierre Tendean atau terkenal dengan sebutan Jagalan itu, laris manis diburu pembeli. Bahkan, pembeli-pun rela antri hanya untuk mendapatkan tempat duduk. ‘’Saat lebaran kami tutup, kami baru buka setelah lebaran. Peningkatannya cukup banyak, biasanya menghabiskan 40 kg jerohan sapi, kalau libur lebaran bisa 50 kg,’’ ujar Ichwan pemilik usaha Tahu Campur Iwan. Pria yang akrab disapa Iwan menambahkan, omzet penjualan tahu campurnya di hari biasa mencapai Rp. 4 juta rupiah, kini bisa meraup hingga Rp. 6 juta rupiah. ‘’Banyak yang membeli untuk dibawa ke perantauan, pesannya mencapai puluhan bungkus,’’ beber Iwan. Saat ditemui kemarin (23/8), tampak Yuki Kato, bintang remaja asal ibukota yang asyik menikmati tahu campur tersebut. ‘’Belum pernah mencoba tahu campur, karena pecinta kuliner akhirnya mencoba tahu campur. Ternyata enak juga,’’ ujar Yuki Kato kepada Malang Post. Remaja yang membintangi beberapa film dan serial remaja ini mengaku suka mencoba makanan baru yang belum pernah dicoba sebelumnya. Ibu Yuki yang juga pernah tinggal di Muharto ini cukup paham dengan berbagai jenis kuliner yang terkenal di Malang. Sehingga dirinya tak kesulitanm untuk mencicipi berbagai kuliner di Malang. ‘’Kebetulan Mama asalnya dari Malang. Tadi ingin mencoba tahu campur dan mampir ke sini karena tadi terlihat ramai,’’ ujar gadis yang pernah memenangi Aktris Utama Ngetop SCTV Award (2011) ini. Pemeran utama serial Heart Series ini menambahkan sangat terkesan dengan kuliner khas Malang. ‘’Selama liburan ini keliling-keliling mencari kuliner. Apalagi di Malang dingin, sangat mendukung untuk menikmati kuliner di Malang yang enal-enak,’’ pungkas pemilik nama asli Yuki Anggraini Kato. (winin maulidya saffanah) |
Kuliner Khas Jogjakarta
15.58 |
Label:
Kuliner Khas Jogjakarta
Kipo. Kipo adalah jajanan khas Kotagede. Bentuknya
kecil dan dibungkus daun pisang. Kulit kipo warna hijau dengan isian
gula jawa. Bungkusan daun pisang berisi adonan yang sudah diberi gula
jawa kemudian dipanggang di atas cobek.
Kuliner Khas Jogjakarta
Harum pandan dan kenyal kulit dari tepung ketan yang gurih bercampur dengan manisnya gula jawa. Salah satu tempat legendaris yang menjual kipo adalah kios Bu Djito di Jalan Mondorakan Nomor 27, Kotagede, yang sudah berjualan sejak 1946.
Sego Pecel. Sego berarti nasi, pecel sudah pasti sayuran dengan bumbu kacang. Masakan sederhana ini selalu mampu membuat penikmatnya rindu untuk menyantapnya kembali. Kuncinya memang di bumbu kacang.
Nah, SGPC Bu Wiryo bisa menjadi salah satu tempat makan untuk menikmati sego pecel. Lokasinya masih berada di kompleks Universitas Gajah Mada (UGM) dan sudah ada sejak tahun 1959. Tak heran, ini menjadi tempat makan nostalgia bagi kalangan alumni UGM.
Sego pecel ala Bu Wiryo tak jauh beda dengan nasi pecel lainnya, yaitu berisikan kacang panjang, bayam, dan tauge. Tentu saja tak lupa bumbu kacang gurih dengan sedikit rasa pedas, disiram di atas sayuran. Anda bisa tambahkan lauk lainnya untuk menyantap nasi pecel, ada tempe dan tahu bacem, ataupun sekedar telur goreng.
Gudeg. Mendengar kata “gudeg” saja sudah mampu menerbitkan air liur. Rasanya yang legit dengan paduan gurih dari santan. Nangka muda dimasak dengan santan selama berjam-jam hingga kental dan berubah warna.
Salah satu penjual gudeg yang tenar adalah Gudeg Yu Djum. Sampai-sampai, jika tak sempat makan, gudeg pun dibungkus untuk dijadikan oleh-oleh. Gudeg Yu Djum sering dibeli untuk dibawa pulang ke kota asal. Biasanya bisa awet jika dibungkus dengan kendil atau kendi tanah liat.
Gudeg kering khas Yu Djum ini berisikan telor bebek, ayam kampun, dan sambal krecek. Saking larisnya, siang hari seringkali gudeg di tempat ini sudah habis. Gudeg Yu Djum sudah berusia lebih dari 30 tahun dan terus berjualan di Jalan Wijilan.
Sate Klathak. Pertama kali menikmati sate klathak, tak perlu kaget dengan tampilan tusuk satainya yang tampak menyeramkan itu. Ya, jeruji sepeda yang terbuat dari besi digunakan sebagai tusuk sate. Sate Klathak bisa ditemukan di daerah Bantul.
Daging yang dipakai biasanya daging kambing muda yang sudah dibumbui dengan garam dan sedikit merica, tanpa tambahan kecap dan bumbu lainnya. Begitu sederhana namun malah mengeluarkan kesegaran rasa asli dari daging kambing.
Nama “klathak” sendiri berasal dari bunyi yang keluar saat daging dibakar di tungku bara api. Di Jalan Imogiri Timur dan Pasar Jejeran terdapat banyak penjual Sate Klathak. Namun salah satu yang tenar adalah Sate Klathak Pak Bari yang berada di Pojok Kidul Pasar Jejeran, Wonokromo, Bantul.
Kopi Jos. Ketenaran Kopi Jos ini sudah tak terkatakan lagi. Bisa dipastikan setiap pelancong yang ke Yogyakarta, mampir ke sebuah angkringan jadul di Jalan Mangkubumi, dekat pintu keluar Stasiun Tugu.
Angkringan Lek Man, demikian biasa disebut. Angkringan itu sudah ada sejak tahun 1950-an. Kopi Jos hanyalah kopi hitam pekat. Hal yang membuatnya istimewa adalah arang yang membara dimasukan ke dalam kopi.
Sambil menikmati kopi jos, jangan lupa menyantap sego kucing alias nasi dalam porsi kecil lengkap dengan sedikit lauk seperti ikan teri. Tambahkan aneka gorengan dan sate.
Langganan:
Postingan (Atom)